Di bawah asuhan Ferguson dan Wenger, Manchester United dan Arsenal berhasil meramu dua hal yang didambakan setiap pecinta sepakbola, yaitu membentuk tim yang sukses sekaligus menghibur penonton.
Selama beberapa tahun Jose Mourinho dan Rafael Benitez ikut meramaikan persaingan di papan atas Liga Inggris, tetapi menurut saya mereka tidak bisa disebut senapas dengan Ferguson dan Wenger karena permainan yang mereka suguhkan mengorbankan estetika sepakbola.
Berkat keberhasilannya di Chelsea, Mourinho masih mempunyai banyak penggemar terutama di sekitar Stamford Bridge, tetapi bagi saya omongan Mourinho yang kontroversial lebih menghibur daripada permainan timnya di lapangan.
Idem ditto dengan Rafael Benitez yang suka memasang dua gelandang bertahan di Liverpool, suatu formasi yang menunjukkan kepribadian yang berhati-hati dan strategi mencari kemenangan bukan dengan menyerang tetapi dengan serangan balik.
Benitez marah sekali ketika Jorge Valdano mengatakan t**i yang digantung di ujung lidi akan dipandang sebagai karya seni oleh para pendukung Liverpool, artinya betapapun buruk gaya permainan Liverpool, para pendukung mereka yang fanatik akan membiarkan kelemahan itu selama timnya terus menang.
Saya sependapat dengan Valdano yang kritiknya menurut juga berlaku bagi Chelsea di bawah asuhan Mourinho.
Sebaliknya Arsene Wenger selalu teguh dengan imannya bahwa sepakbola indah tak boleh dikorbankan demi meraih sebuah piala juara, meskipun timnya sudah enam tahun tak memegang piala juara.
Ukuran sukses
Dalam konperensi pers mingguannya, Wenger membela diri dari keluhan para pendukung Arsenal yang amat kecewa dengan kekalahan beruntun Arsenal dalam beberapa minggu terakhir.
Arsenal kalah dari Barcelona di Liga Champions, disingkirkan oleh Manchester United dari Piala FA, kalah di final Piala Liga dari Birmingham, dan tampaknya hanya akan menduduki urutan kedua di Liga Primer di belakang MU.
Wenger berpendapat bahwa keadaan ini sama sekali bukan bukti kegagalan, dia mengingatkan bahwa timnya lebih unggul dari Chelsea dan Manchester City yang anggarannya berlipat lebih besar daripada Arsenal.
Dia juga menunjukkan bahwa usia rata-rata timnya baru 23 tahun, dibanding Barcelona yang pemainnya rata-rata berumur 27 tahun.
Wenger juga membela diri Arsenal selalu tampil di Liga Champions selama 15 tahun terakhir, prestasi yang hanya bisa ditandingi oleh Manchester United.
Bagi Wenger 15 tahun di kompetisi paling bergengsi di Eropa, walau tanpa menjadi juara, lebih bermakna dari satu Piala FA.
Tertib anggaran
Wenger juga teguh memegang prinsip keseimbangan anggaran klub, dia tidak mau membelanjakan uang melebihi pemasukan Arsenal dari penjualan tiket, royalty hak siar dan merchandising.
Sejak David Seaman pensiun, Arsenal tidak pernah mempunyai kiper tangguh sekaliber Edwin van der Sar, Pepe Reina dan Peter Cech, yang menjadi syarat mutlak bagi sebuah tim yang ingin menjadi juara.
Memang Arsenal sempat berminat untuk membeli Mark Schwarzer dan Shay Given tetapi tetap saja Arsene Wenger tidak pernah terlihat ngotot mencari kiper yang bisa menjaga timnya dari kebobolan gol yang tidak perlu.
Wenger juga menjawab keluhan bahwa barisan belakangnya tidak sebagus tim-tim papan atas lainnya dengan mengatakan bahwa Arsenal kemasukan lebih sedikit dibanding Manchester United.
Statistik tidak bisa menggambarkan kondisi secara keseluruhan, misalnya salah paham antara kiper Wojciech Szczescny dan Laurent Koscielny yang membuat Arsenal kalah di final Piala Liga.
Dalam pertandingan pekan lalu Manuel Almunia nyaris kemasukan gol gara-gara kesalahan sepele melawan Blackburn, kesalahan yang bisa membuat pemain-pemain di depannya ragu dan bimbang.
Walaupun begitu Wenger tetap saja mempertahankan Almunia yang sudah tujuh tahun memakai kostum Arsenal, suatu hal yang tidak mungkin ditolerir oleh Ferguson.
Di antara zaman Peter Schmeichel, Fabien Barthez dan Edwin van der Sar, Manchester United mempunyai beberapa kiper mediocre seperti Massimo Taibi, Tim Howard dan Roy Carroll tetapi Ferguson tidak pernah berhenti mencoba mendapat kiper yang pantas untuk timnya.
Membangun tim
Arsene Wenger berkali-kali mengatakan dia lebih menyukai membangun tim dari awal daripada membeli pemain yang sudah jadi dengan harga mahal.
Rekam jejaknya selama di Arsenal menunjukkan kehebatannya dalam memoles pemain.
Thiery Henry, Emmanuel Petit, Patrick Vieira, Nicolas Anelka, Cesc Fabregas, Jack Wilsehere dan masih banyak lagi, menunjukkan ketajaman mata Wenger dalam melihat pemain potensial.
Pemain-pemain yang umumnya dibeli dengan harga murah dan menjadi bintang di Arsenal untuk kemudian dilepas pada saat permainan mereka mulai menurun.
Menurut saya rekor Wenger lebih hebat daripada Ferguson dalam menghasilkan pemain muda. Fergie memang membidani generasi Ryan Giggs, David Beckham, Paul Scholes, dan Garry Neville, dan kemudian juga membeli Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo ketika mereka masih berusia remaja.
Bedanya dengan Wenger, Ferguson membeli Rooney dengan harga £25 juta dan Ronaldo dengan harga £12 juta yang menunjukkan bahwa boss Manchester United ini tidak segan-segan meminta direksinya membuka dompet untuk mendapat pemain-pemain yang menurutnya bagus.
Gaya permainan
Pragmatisme Alex Ferguson juga bisa dilihat dalam menyusun timnya.
Dalam kondisi normal Manchester United akan turun ke lapangan dengan niat menang melalui permainan menyerang, tetapi menghadapi tim-tim tertentu seperti Barcelona atau Arsenal, Ferguson akan memakai taktik untuk meredam daya serang lawan.
Ini misalnya terlihat dalam semi final Liga Champions melawan Barcelona tahun 2008 lalu, dimana United datang ke Camp Nou dengan niat mencari seri dan mencekik irama permainan Barca.
United berhasil menahan Barcelona 0-0 dalam pertandingan itu dan mencuri kemenangan 1-0 di Old Trafford untuk maju ke final dan mengalahkan Chelsea.
Memang taktik itu tidak selalu berhasil seperti di final Liga Champions tahun berikutnya melawan Barcelona, tetapi keadaan ini menunjukkan bahwa Ferguson mau berkompromi bila keadaan mengharuskan.
Sebaliknya Wenger bermain dengan cara yang sama tanpa peduli siapa lawan mereka.
Penonton berdecak kagum melihat pertandingan Liga Champions antara Barcelona melawan Arsenal tahun lalu dan tahun ini.
Akan tetapi jelas bahwa dalam empat pertandingan itu, meski Arsenal sekali main seri dan sekali menang, Arsenal diberi pelajaran bermain sepakbola oleh salah satu tim terbaik sepanjang sejarah.
Walaupun begitu sulit dibayangkan bahwa Wenger akan jera dan mengubah gaya permainan timnya.
Siapa yang lebih hebat di antara Wenger dan Ferguson tentu tergantung ukuran mana yang kita pakai.
Kalau dilihat dari piala juara, Ferguson jelas unggul dengan 11 juara Liga Primer, lima Piala FA, dan dua Liga Champions, dibanding tiga juara Liga Primer dan empat juara Piala FA yang diraih Wenger.
Tetapi dari gaya permainan dan kemampuan membentuk pemain muda menjadi bintang, saya kira Wenger sedikit lebih bagus.
Hati saya mengatakan Wenger lebih hebat tetapi kepala saya mengatakan Ferguson lebih unggul.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar