Jumat, 27 Maret 2015

KETIKA KEMATIAN MENENTUKAN KESELAMATAN

Manusia itu emang unik. Baru-baru ini saya baru tahu ada sebuah keluarga ingin memindahkan jenazah orang tua yang sudah meninggal puluhan tahun, tentu saja tinggal tulang-tulang besar, mau dipindahkan ke makam yang lebih bagus. Memang makam-makam model ini lagi menjamur di Indonesia. Di sekitara Jakarta orang-orang rela bayar hingga milyaran untuk membeli makam ini. Makam juga didesain dengan indah dan menarik. Justru, cara ini banyak mendatangkan keuntungan bagi pihak penjual tanah-tanah tersebut.

Kita menghormati orang ketika dia masih hidup. Jangan ketika dia sudah tidak ada didunia ini. Tapi, jika manusia sudah punya banyak uang, apapun bisa dilakukan bahkan hal tergila ini. Menurut saya, lebih baik uang itu dipakai untuk kegiatan bagi orang hidup, bersedekah, membangun hal-hal yang lebih baik.

Dalam iman kekristenan tidak penting urusan makam seseorang, yang penting adalah apakah hingga akhir hidup kita sudah mempercayai Kristus sebagai juruselamat pribadi. Mau dia dikremasi, dikubur, atau tidak dimakamkan karena jatuh dilaut atau tidak ditemukan, tidak jadi masalah. Karena keselamatan ditentukan dari iman percaya, bukan cara mayat diperlakukan.

Terkadang ada keluarga yang ribut karena tidak dimakamkan, maka tidak sah menurut iman Kristen dimana manusia harus kembali jadi tanah. Karena jika dibakar, jenazah akan jadi abu. Jadi jika tidak memenuhi ketentuan ini, maka orang tersebut tidak bisa masuk Surga. Menurut saya ini amat salah. Anggaplah contoh, kalau jatuh di tengah laut dan meninggal disana sehingga mayat tersebut dimakan ikan-ikan. Apakah tidak masuk surga karena jenazah sudah berubah menjadi kotoran ikan? Jika itu yang dipercayai iman Kristen, itu sungguh amat rendah. Saya tidak mau percaya iman macam begitu. Tapi, saya tahu itu bukan. Karena Tuhan Yesus melihat iman seseorang bukan bagaimana cara mayat diperlakukan.  Ketika Tuhan Yesus berada diatas kayu salib dia menjamin hidup penjahat yang berada disebelahNya ketika penjahat mengakui bahwa Tuhan Yesus pada akhir hidupnya. Sungguh anugrah yang luar biasa.

Sungguh amat mudah percaya, tapi tidak semudah itu. Karena percaya itu membutuhkan iman dan dalam perjalanannya iman dapat tergoncang oleh dunia, apakah kita tetap setia dengan iman kita. Apakah iman kita sungguh bertumbuh dari pendengaran akan Firman


 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Roma 10 : 17